Powered by Blogger.
RSS

Empat Istri

Pada zaman dahulu, ada seseorang pedagang kaya yang memiliki empat orang istri. Dia paling mencintai istri ke-4-nya dan memanjakannya dengan berbagai fasilitas hidup yang mewah. Dia sangat penuh perhatian terhadap istri ke-4-nya dan selalu memberinya yang terbaik.

Dia juga sangat mencintai istri ke-3-nya. Dia sangat membanggakannya dan selalu ingin memamerkannya kepada teman-temannya. Namun demikian, sang pedagang senantiasa khawatir kalau istri ke-3-nya ini kabur dengan laki-laki lain.

Dia juga mencintai istri ke-2-nya. Istri ke-2 ini adalah perempuan yang penuh pengertian, penyabar, dan menjadi sandaran sang pedagang. Bilamana sang pedagang menghadapi masalah, istri ke-2 selalu datang dan membantunya memberikan jalan keluar dari masalah.

Istri pertama adalah perempuan yang sangat setia dan telah berjasa dalam menjaga kekayaan dan kejayaan sang suami, serta mengurus rumah tangga mereka. Namun demikian sang pedagang kurang mencintai istri pertamany dan jarang memerhatikannya.

Suatu hari, pedagang kita ini jatuh sakit dan tak berapa lama dia menyadari bahwa dia akan segera pergi dari dunia ini. Dia teringat kehidupan mewah yang telah dijalaninya dan merenung : "Di sini aku punya empat istri yang mencintaiku, tapi kalau aku mati... aku akan sendirian. Aku akan kesepian!"

Dia lalu memanggil isrti ke-4, "Aku paling mencintaimu, melimpahimu dengan busana terbaik, dan mencurahkan perhatian besar kepadamu. Sebentar lagi aku akan mati, maukah kamu pergi bersamaku?"
"Mana bisa?!" tukas istri ke-4 sambil bergegas meninggalkannya. Jawaban itu laksana pisau tajam yang menusuk hati sang pedagang.

Pedagang yang kecewa itu lalu memanggil dan bertanya kepada istri ke-3-nya, "Aku mencintaimu dengan segenap hatiku, tapi aku akan mati, maukah kamu pergi bersamaku?"
"Enak aja...," jawab istri ke-3, "hidup ini begitu nikmat! Aku akan menikah lagi."
Mendengar jawaban ini, hati sang pedagang pun runtuh.

Dengan sedih, dia bertanya kepada istri ke-2, "Aku selalu berpaling padamu dan kamu selalu menolongku. Sekarang aku butuh pertolonganmu lagi. Kalau aku mati, maukah kamu pergi bersamaku?"
"Maaf sayang, kali ini aku tidak sanggap menolongmu," jawab istri ke-2. "Paling banter, aku hanya bisa mengantarmu ke pemakaman dan mengurus semuanya."
Jawaban ini bagaikan halilintar dan membuat hati sang pedagang remuk redam...

Tiba-tiba ditengah kepedihan hatinya, terdengar suara parau, "Jangan khawatir sayang. Aku akan ikut ke mana pun kamu pergi." Sang pedagang membuka mata dan tampaklah olehnya paras istri pertamanya. Ia begitu kurus, lemah, dan tampak kurang gizi. San pedagang jadi sangat terenyuh... dan meratap lirih, "Aku seharusnya memerhatikanmu selagi aku bisa..."

Pesan moral yang didapat dari kisah ini adalah :

Istri ke-4 adalah ibarat tubuh jasmani kita. Tak peduli seberapa lama dan seberapa besar usaha kita untuk merupawakan dan mendandani tubuh, tubuh tidak akan pergi bersama kita ketika kita mati.

Istri ke-3 ibarat harta dan tahta kita. Ketika kita mati, tidakkah mereka pergi menjadi milik orang lain? Tidakkah orang lain mengambil alih jabatan kita?

Istri ke-2 adalah ibarat keluarga dan kawan kita. Tak peduli betapa baiknya mereka saat kita hidup, paling banter mereka hanya bisa mengantar kita sampai ke pemakaman.

Istri pertama, dalam analogi ini diibaratkan sebagai kesadaran dan akhlak kita, yang sering kita abaikan sepanjang waktu dalam pengejaran kesenangan materi dan indrawi. Padahal, justru kesadaran dan akhlak inilah yang merupakan satu-satunya hal yang terus bersama kita kemana pun kita pergi.

Oleh karenanya, sudah semestinya kita mulai memekakan kesadaran dan memurnikan akhlak, alih-alih menunggu sampai ajal menjelang dan kita hanya bisa meratap, "Aku seharusnya memerhatikanmu selagi aku bisa..."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment